Follow Us @soratemplates

April 26, 2022

101 Parenting: Yuk Intip Pola Asuh Anak dari Berbagai Negara!

freepik/pikisuperstar

Setiap orang tua pasti menerapkan pola asuh yang berbeda dalam membesarkan buah hatinya. Perbedaan prinsip hidup, negara, budaya, kebiasaan adalah beberapa hal yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak. Misalnya, orang tua di negara Hongkong, India dan Taiwan yang membiarkan anaknya begadang dan orang tua di negara Jepang serta Irlandia yang memperbolehkan anaknya untuk frustasi! Wah, unik sekali ya?

Hmmm, lalu bagaimana ya orang tua di negara lainnya mengasuh buah hati mereka? Yuk simak pembahasannya!


1. Orang tua di Jepang membiasakan anak kecil nya agar serba mandiri

Malone, Karen. (2018). Movement:
Materiality of Mobilities. 10.1057/978-1-137-43091-5_5. 

Orang tua di Jepang memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka setelah usia tertentu. Di Jepang, anak-anak berusia 5 tahun menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki ke sekolah sendiri. Anak-anak juga diharapkan untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga mulai usia 2 atau 3 tahun dan diajari bahwa mereka tidak boleh mengharapkan orang tua melakukan sesuatu untuk mereka. Wah, luar biasa ya! 


2. Larangan memukul anak di Swedia

shutterstock 

Swedia menjadi negara pertama yang melarang hukuman fisik sejak 1979 dan negara itu dikenal atas hukumannya yang berat terhadap pelaku pemukulan anak. Pelaku dapat dijerat hukuman penjara minimum sembilan bulan, lho!


Sejak larangan Swedia terhadap hukuman fisik, daftar negara yang melarang memukul anak pun semakin bertambah. Saat ini, 52 negara lain melarang orang tua menggunakan hukuman fisik pada anak. 


3. Vietnam dan China memberikan pelatihan penggunaan toilet secara mandiri sejak bayi


"Less diapers, less waste!" 

Mungkin begitulah mindset orang tua di Vietnam dan China.



Sementara orang tua di negara lain duduk di lantai di kamar mandi dengan putus asa mencoba mendorong anak kecil mereka yang berusia 2 tahun untuk buang air, balita di Vietnam dan China sudah diajarkan untuk menggunakan toilet secara mandiri. 


Dilansir dari sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of Pediatric Urology pada 2012, para ibu di Vietnam mengatakan bahwa sejak hari pertama kehidupan bayi mereka, mereka mulai mencari tanda-tanda bahwa bayi mereka perlu buang air kecil atau besar. Mereka dengan segera dapat mengidentifikasi ekspresi wajah, tangisan, atau gerakan tubuh tertentu yang menandakan bahwa anak mereka siap untuk ke buang air. Lalu saat bayi mereka buang air kecil, sang ibu mengeluarkan suara siulan pelan. Siulan menjadi pengingat bagi bayi mereka yang akhirnya digunakan para ibu untuk memberi isyarat kepada bayi bahwa ia harus pergi ke toilet. Namun, seiring bertambahnya umur bayi, pengingat tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Sebagian besar bayi Vietnam pun dapat buang air sendiri pada usia 9 bulan. 


Di Cina, para ibu menerapkan Metode Komunikasi Eliminasi sebagai tradisi kuno tanpa popok dengan tujuan menyelamatkan lingkungan. Bayi mereka memakai "celana selangkangan" lalu didorong untuk berjongkok dan pergi ke toilet ketika mereka perlu. Dengan menggunakan metode ini, orang tua dapat mulai melatih pispot anak mereka jauh lebih awal dan sebagian besar anak yang dilatih dengan cara ini akan buang air sendiri pada usia 2 tahun. Sama seperti metode Vietnam, anak membutuhkan pengawasan 24/7 dan menuntut agar seseorang selalu bersama anak setiap saat ketika menerapkan metode tersebut. 


4. Ibu di Bulgaria Diberikan 410 Hari Cuti Hamil dan Tetap Digaji 

Vecteezy

Pernahkah Anda mendengar tentang cuti hamil 410 hari dari kantor setelah memiliki anak? Di Bulgaria, itulah yang ditawarkan kepada semua ibu baru.


Bulgaria memberikan cuti hamil selama 410 hari untuk hamil dan melahirkan, dimana ibu harus mengambil cuti 45 hari sebelum kelahiran dan setelah enam bulan, durasi cuti hamil dapat ditransfer ke ayah anak. Selain itu, sang ibu pun berhak atas 90% dari gaji tetap mereka sebelum dan sesudah kelahiran anak mereka. 


5. Anak Kecil di Hong Kong, India, dan Taiwan Dibiarkan Begadang!

Maggie Starbard/NPR

Orang tua di negara lain, mungkin menganjurkan anak kecil mereka untuk tidur lebih cepat atau tidak terlalu larut. Namun hal tersebut berbeda dengan pola asuh orang tua di Hongkong, India dan Taiwan. Orang tua dari beberapa negara tersebut membiarkan anak kecil mereka untuk tidur sekitar pukul 10 malam. Hal tersebut dilakukan agar anak kecil mereka dapat lebih banyak mengikuti kegiatan keluarga pada malam hari serta mendukung aspek sosial dan perkembangan interpersonal anak. 


6. Anak di Finlandia menghabiskan lebih sedikit waktu di sekolah, mengerjakan sedikit PR dan masih berhasil secara akademis! 

Youth Inc Magazine

Anak-anak di Finlandia tidak memulai sekolah formal sampai umur mereka beranjak 7 tahun. Begitu mereka mulai sekolah, anak-anak diberikan beberapa kali jam istirahat panjang di siang hari untuk pergi keluar dan bermain. Ketika seni sering kali menjadi bidang yang anggap remeh, model pendidikan Finlandia menekankan pentingnya seni, musik, dan keterampilan hidup secara umum. Selain itu, jauh berbeda dengan negara lain yang memberikan banyak PR yang kerap kali membebankan anak, Finlandia memberikan pekerjaan rumah jauh lebih sedikit dan tidak diharuskan mengikuti tes standar. Tidak heran jika Finlandia dianggap sebagai negara paling bahagia di dunia. Gagasan tentang anak-anak yang menghabiskan lebih sedikit waktu di sekolah mungkin tampak berlawanan dengan intuisi orang tua di banyak negara, tetapi anak-anak Finlandia sering kali berperingkat tertinggi di dunia dalam hal akademis. 


7. Orang tua di Jepang dan Irlandia membiarkan anak frustrasi dan membuat kesalahan untuk mengajarkan mereka kemandirian

Shutterstock/OlgaKhorkova

Mungkin orang tua sering merasa perlu mengawasi setiap gerakan anak-anak kita untuk memastikan bahwa mereka tidak melukai diri mereka sendiri atau membuat kesalahan. Namun hal tersebut tidak terjadi di Jepang dan Irlandia, di mana anak-anak diharapkan dan benar-benar didorong untuk membuat kesalahan mereka sendiri. Di Jepang, anak-anak diharapkan untuk menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki ke sekolah sendiri serta mengerjakan tugas-tugas rumah tangga sejak kecil. Seorang ibu di Irlandia mengatakan bahwa memiliki kebebasan untuk membuat kesalahan pada usia dini juga merupakan ritual penting bagi anak-anak Irlandia. Selain dibiarkan melakukan kesalahan, orang tua pun merasa anak perlu mengalami frustrasi agar mengajarkan anak bahwa terkadang mereka harus bersabar untuk mencapai apa yang mereka inginkan.


No comments:

Post a Comment